BAB 1: Pendahuluan, PASANG SURUT DAN PARAMETER METEOROLOGIS
BAB I
1.1. Latar Belakang
BAB 1: Pendahuluan, PASANG SURUT DAN PARAMETER METEOROLOGIS- Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut Janhidros (2006), luas wilayah daratan Indonesia ± 2.012.402 km2 dan luas perairannya ± 5.877.879 km2 (Daruwedho, Sasmito, & Janu, 2016). Hal ini mengindikasikan bahwa perairan Indonesia lebih luas daripada daerah daratan. Selain itu, Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia yaitu sepanjang 95.181 Km dengan luas perairan laut mencapai 5,8 juta kilometer persegi, yang merupakan 71% dari keseluruhan wilayah Indonesia (kusuma, 2021). Hal itulah yang membuat Indonesia layak disebut sebagai negara maritim. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai kelautan menjadi sangat penting untuk dipelajari dan di teliti, di antaranya adalah fenomena fisik air laut.
Secara teori, variasi pasang surut utamanya disebabkan oleh gaya gravitasi bumi terhadap bulan dan bumi terhadap matahari. Namun, terdapat juga beberapa pengaruh eksternal lain selain dari faktor astronomis tersebut, salah satunya adalah pengaruh parameter meteorologi yang mengakibatkan terjadinya variasi pasang surut. Berdasarkan beberapa referensi, belum banyak penelitian yang dilakukan terkait pengaruh parameter meteorologi terhadap variasi pasang surut. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan adalah tentang perubahan tekanan atmosfer yang mempengaruhi tinggi pasang surut.
Pengukuran parameter cuaca di area survei hidrologi berfungsi sebagai kontrol pengukuran pasang surut di pantai, sehingga lazimnya tim survei menempatkan Automatic Weather Station (AWS) maupun pengukur cuaca konvensional di pantai dekat stasiun pasang surut berada. Dikarenakan pengukuran pasang surut dalam survei hidro-oseanografi hanya berlangsung selama periode survei atau rata-rata 50 hari, maka variasi data pasang surut yang direkam perlu divalidasi oleh parameter cuaca seperti angin dan curah hujan di area survei.
Meteorologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji atmosfer dan gejala-gejala perubahan kondisinya, termasuk perubahan panas, suhu, kandungan uap air, inti pembuat hujan, tekanan udara, dan kondisi atmosfer lainnya yang dapat dipakai sebagai bahan pembuat prakiraan cuaca. Saat ini, ahli-ahli meteorologi sebagian besar bekerja sebagai pengamat cuaca di badan meteorologi. Selain prakiraan, mereka juga membuat peta-peta cuaca. Para ahli mengamati cuaca dengan menggunakan berbagai alat, termasuk higrometer, barometer, balon udara, radio sonde, dan satelit. Pengamatan atau bisa disebut dengan observasi merupakan kegiatan terpenting dalam ilmu meteorologi. Berdasarkan pengamatan tersebut, kita dapat melakukan analisa mengenai perubahan yang terjadi di atmosfer, kemudian mengetahui apa penyebab terjadinya, hingga pada akhirnya kita dapat melakukan perkiraan jangka pendek (Forecast) melalui pola cuaca yang sering terjadi.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum modul pasang surut dan parameter meteorologi ini adalah sebagai berikut:
- Untuk menghitung nilai formzahl dan memnentukan tipe pasang surut dengan menggunakan metode admiralty 1 hari.
- Untuk menentukan angin dominan dan menganalisis fenomena dari parameter meteorologi yang terukur.